Paseban Jati

0
Filosofi Kisah Ramayana
Secara garis besar konon kisah wayang Ramayana itu menunjukan bahwa manusia itu harus bergelut dengan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mencapai pencerahan atau mendapatkan wahyu. Disini penggambaran itu di gambarkan sebagai berikut :

Rama digambarkan sebagai satria, sang diri atau Pancer.

Shinta digambarkan sebagai Wahyu atau pencerahan yang harus dicari atau dicapai.

Rahwana digambarkan sebagai sang Nafsu Merah yang mencuri perhatian dan waktu satria sehingga menjauhkan manusia dari pencapaian wahyu. Penuh dengan amarah dan nafsu memiliki yang membuat manusia menjauh dari pencapaian.

Sarpakenaka digambarkan sebagai sang Nafsu Hitam yang digambarkan getol mendukung sang nafsu merah dan merintangi manusia dari pencapaian pencerahan. Penuh dengan nafsu kejahatan dan pelampiasan.

Kumbakarna digambarkan sebagai Nafsu Kuning yang berusaha untuk menggunakan logika dalam berpikir, dan akhirnya walau mengetahui kebenaran tetap teguh membela apa yang dirasa benar. Tapi kadang kala justru merintangi pencarian karena merasa perlu menjaga apa yang ‘’menurutnya’’ benar.

Wibisana dan Hanoman digambarkan sebagai Nafsu Putih yang terkalahkan dan menyingkir menyeberang jalan untuk bersatu dengan diri pribadi memerangi ke 3 nafsu tersebut.

Jalannya cerita juga jelas dimulai dari pencurian Shinta oleh Rahwana sebagai bentuk dari pencurian kesadaran manusia oleh emosi dan nafsu merah. Dimana sering dalam keadaan kita emosi maka sangat sulit mempertahankan kesadaran. Emosi adalah simbol Rahwana yang selalu siap nyolong Shinta, kesadaran kita.

Kemudian sadarlah sang diri, yang kemudian atas bantuan Hanoman mencari sang Shinta yang kemudian bersatu dengan Wibisana ketika berjalan ke Alengka. Disini ditunjukkan bahwa sang diri harus mendekat dan percaya kepada sifat putih yang ada dalam diri masing masing.

Dan terjadilah perang yang kemudian berujung pada kalahnya Kumbakarna, Sarpakenaka, dan Rahwana. Kumbakarna kalah dengan tangan dan kaki terpotong, menghadapi nafsu kuning kita harus bisa memotong ‘’angan-angan’’ yang menjadi lambang kaki tangan Kumbakarna. 

Matinya Sarpakenaka karena kerisnya sendiri. Disini bisa diberi arti bahwa seharusnya kita menyadari bahwa semua perbuatan jahat itu merusak. Dengan menyadari akan keburukan diri maka kita akan insyaf. Keinsyafan sebab mau merenung dan menyadari itu dianggap sebagai keris Sarpakenaka.

Terakhir kita akan berhadapan dengan Rahwana yang punya dasa, sepuluh wajah dan kepala. Lambang begitu banyak alasan yang kita ungkapkan untuk menunjang pembelaan diri kita. Dimana di putus satu akan tumbuh lagi lainya. Hanya memutuskan semuanya maka sang Rahwana akan gugur. Dan Shinta sang wahyu kembali ke pangkuan sang diri.

Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:

http://sufipedia.blogspot.com
Visit Sufipedia

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





http://paseban-jati.blogspot.co.id/p/donasi.html
Visit Donasi Paseban Jati

Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Filosofi Kisah Ramayana. Jika menurut Anda Filosofi Kisah Ramayana bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top