Yang dinamakan kesaksian ialah sebab diwaktu menyampaikan wejangan atau ajaran, supaya disaksikan oleh sanak saudara kita sesama muslim. Yaitu semua titah yang dititahkan didalam alam dunia ini diantaranya seperti bumi, langit, bulan, bintang, matahari, api, angin, air, hawa dan udara dan lain-lainnya. Semuanya menjadi saksi dan menyaksikan bahwa kita sekarang ini mengakui berdirinya dan adanya tuhan dan jadinya hamba Tuhan. Didalam hadist qudsyi, Tuhan berfirman artinya: Aku menyaksikan hidupku sendiri sebenarnya tiada tuhan melainkan aku.
Dan aku naik saksi bahwa Muhammad itu urusanku.
Dan sebenarnya yang bernama Allah itu akidahku.
Rasul itu rasaku. Muhammad itu cahayaku.
Akulah yang hidup yang tiada pernah mati. Yang ingat yang tidak Lupa, kekal tiada berubah, pada kenyataan zat, akulah yang awas lagi tahu, dan tiada samar dan dari segala sesuatu.
Akulah yang kuasa dan menguasai, dan akulah yang maha bijaksana, maha suci aku, dan sungguh besar kuasaku, dan sembahlah aku.
Di hadist qudsyi ini tadi, bukan saja kita baca saja tetapi yang utama sekali ialah ; untuk pribadi kita sendiri dan untuk akidah kita sendiri.
Jadi inti dari semua itu adalah; Tiada tuhan melainkan Allah, dan Muhammad itu utusan Allah.
Jadi yang disebut Allah itu adalah Af’alnya.
Dan disebut Rasul itu ya Muhammad.
Muhammad itu adalah cahaya kita jua.
Jadi hakikat kita yang sebenarnya adalah, hidup kita ini adalah hidupnya Tuhan Allah (Rahasia)
Buktinya Tuhan kuasa menghidupkan yang mati dan adanya mati dari hidup. Justru hidup kita ini berasal dari yang mati.
Dan akhirnya tiada yang mati, dan hidup didunia dan akhirat tiada akan pernah lupa akan hidup kita, tanpa perbuatan, tanpa bergeser dalam kenyataan yang sejati.
Jadi dasar kenyataan yang sampai kepada pusat yakin. Itulah dia kesempurnaan hidup.
Dan tiada merasa apa-apa yang dimaksud asal kita mati ialah, mati MA’NAWI, bukan mati HISYI.
Adapun kehidupan ini atau kehidupan dunia ini, itulah dia zat yang maha suci, yang tiada huruf, dan tiada suara, tiada kata-kata dan tiada nama, tiada warna-warni, tiada roh, tiada jasad, dan tiada apa-apa itulah dia JIBU.
LAHURUFIN WALA SAUTIN artinya ialah tiada huruf, tiada suara, tiada kata-kata zat dirinya. Demikian tentang dua kalimat syahadat tersebut.
Asal dua kalimat syahadat itu ialah; Nur Muhammad, Nur Muhammad itu ialah cahaya kita yang terang benderang tuhan telah bertajalli kepadanya. Nur Muhammad itu adalah hakikat alam. Dan Nur Muhammad itu ialah cahaya kita pribadi. Jadi kesimpulannya ialah kita ini asal Adam. Adam dari Nur Muhammad, dan Nur Muhammad itu dari nur zat. Maka wajarlah kita ini dengan zat Allah. Karena zat itulah bermula segala ujud. Jadi nyatalah kepada kita bahwa ujud sekalian alam ini kenyataan ujudnya Allah ta’ala jua. Inilah yang disebut wahdatul ujud (ke-esaan ujud). Nyata dan jelaslah kepada kita bahwa semua ujud alam ini adalah ujud Allah ta’ala jua. Jadi Allah, Muhammad, Adam adalah satu. Insan kamil pun Allah jua, Adam dan Muhammad pun pada hakikatnya. Jadi hakikatnya manusia ini tuhan/dalam rahasia hamba.
—oo0oo—
Beberapa Hadist Untuk Jadi Pertimbangan
Rithatu bil ilmilah
Pokok pengetahuan itu ialah: orang yang telah mendapatkan maqam tuhannya. Dan diduduki kedudukan orang yang kuasa manusia Allah yang bersifat dengan sifat-sifat Allah dalam dirinya. Latknatuni goirif wala goirifuna. Artinya: adapun ilmu yang satu itu, siapa saja yang menangkapnya, niscaya masuk sorgalah ia.
Laya’rifu Robbahu wala robbahu. Artinya: barang siapa yang mengetahui ilmu satu itu, dan dapat mengamalkan, niscaya sempurnalah ia di dunia dan akhirat. Demikianlah yang hamba sampaikan kepada saudaraku muslim.
Wala mukminin hayun fiddroini. Artinya: masuk dalam lipatan pakaian suaminya hal ini terdapat pada nikah batin, sebab dia mengaku ma’mum pada suaminya.
Dan menghalalkan dirinya kepada suaminya, dan mengharuskan nyawanya pada Allah dan melenyapkan tubuhnya pada nabi Muhammad, serta mengaku ma’mum pada suaminya dunia akhirat.
Nata kimbolong artinya : termasuk dalam lipatan pakaian istrinya : ialah karena perkawinan itu.
Nikah bathin yang sebenarnya, dan jangan sampai pisah dunia akhirat. Nikah bathin yang sebenarnya ialah: apabila si istri mengenal diri dan memahami sebenar-benarnya tentang rahasia dirinya dan memahami akan tuhannya sedalam-dalamnya. Maka dialah yang diberikan oleh suaminya nikah bathin. Sebab mustahil akan bercerai dengan suami dari dunia hingga akhiratnya. Cobalah renungkan sejenak berpisahnya Allah dengan Muhammad.
Inilah bukti nyata dan dalil nyata.
Syahadatnya para Rasul-Rasul
Nama-nama Rasul utusan Tuhan Allah
- Nabi Muhammad saw
- Nabi Adam a.s
- Nabi Nuh a.s
- Nabi Musa a.s
- Nabi Isa a.s
a. Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah
b. Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna Adam khalifatullah
c. Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna Nuh habibullah
d. Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna Ibrahim kholilullah
e. Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna Musa kalamullah
f. Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna Isa ruhullah
Firman Tuhan kepada Nabi Muhammad
Ya, Muhammad, engkau utusanku
Sekarang engkau harus ma’rifat kepadaku. Sebab engkau adalah kehadiranku. Dalilnya adalah: al-insanu sirri, wa ana sirruhu. Insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya. Jelasnya adalah, sesungguhnya rasaku ini sudah pasti dan derajatnya tidak salah lagi Muhammad rasulullah. Dan aku menganugerahimu burok untuk nanti menghadapku dan terus sampai ke anak cucumu, lalu kepada wali-waliku.
Ini tiada batas sampai kepada hari kiamat.
Kesimpulannya apabila nabi kita mi’raj maka kitapun mi’raj jua adanya.
Kalau tidak demikian, maka tersalahlah ma’rifat kita kepada Allah Ta’ala. karena hakikatnya disekujur badan kita ini telah menerima keadaan dalam wujud pribadi.
Jadi hakikat Adam itu tadi adalah sebagai adekan perwujudan kita pribadi yang nyata kepada kita adalah pendengaran, penglihatan, perkataan, penciuman kita itulah nafas kita yang sudah pasti dan Muhammad itu tadi adalah rasa jasad kita. Sekarang meresap sekali yaitu: penglihatan, pendengaran, pencium, pengrasa dan pengucap. Semuanya masuk kedalam rasa. Ujud juga adalah sebagai bukti. Jadi pada hakikatnya seluruh rasa itu sudah menyatu atau menunggal didalam jasad. Tentu tidak ada kekurangan lagi bukan?
Makanya sudah kita katakan dahulu tadi bahwa kalau didalam hadits qudsyi Allah mengatakan seperti di bawah ini. Tidak ada Tuhan melainkan Aku dan Muhammad itu adalah utusan-Ku. Makanya kitapun harus demikian juga adanya kalau tidak tersalahlah ma’rifat kita kepada Allah dan kepada Rasulullah. Memang banyak yang dapat memahami arti dalil-dalil dan hadits yang mendalam sekalipun mereka tiu cap seorang guru atau seorang ulama dan penceramah, belum tentu dapat memahami dalil dan nash dan hadits-hadits qudsyi yang mendalam dan yang penuh dengan liku-likunya memang sulit kalau tidak ada pertolongan, Ilham dari Tuhan robbul alamin. Kalau hanya menggunakan akal manusia semata, bangkrutlah yang akan bertemu.
Jadi yang utama sekali dalam menggali ilmu ketuhanan itu ialah tumpahan ilham dari alam goib dan jangan mengartikan ayat-ayat al-Qur’an dan al-hadits menurut seleramu sendiri, karena ayat-ayat suci al-Qur’an itu mengandung empat arti dan makna dan pengertiannya. Kalau mengajinya hanya selapis saja memang sulit untuk mencari kebenaran mutlak maka dari itu wahai sekalian penuntut camkanlah selama akalmu masih bergelimang dalam nafsumu selama itu pula shaiton selalu mengkuti jejakmu.
Bagaimanakah mengatasi yang demikian? untuk mengatasi dalam perjuangan pertama ialah: menyerah bulat-bulat dengan tak ada sak wasangka lagi. Mohonlah doamu supaya hatimu beroleh petunjuk.
Firman Allah kepada Nabi Adam a.s
Wahai engkau Adam, diperintahkan olehmu menjadi utusan tetapi engkau sekarang jangan ma’rifat kepadaku dulu, pengetahuanmu Itu biarlah dahulu wujudmu itu sendiri. Sebab ujudmu itu sebagai kenyataan adanya aku. Dalilnya adanya : wallahu bathinul insan dzohirullah.
Artinya: dzohir Tuhan ada di manusia dan bathin manusia ada di Tuhan. Dan sholatmu itu dua rakaat. Yaitu pada waktu subuh apakah sebabnya jadi dua rakaat? sebabnya ialah adanya nyawa dan ujud.
Firman Allah kepada Nabi Nuh a.s
Wahai engkau Nuh, aku perintahkan engkau menjadi utusanku, tetapi engkau jangan ma’rifat dulu kepadaku, ketahui siapa dulu olehmu: bahwa pendengaranmu itu adalah pendengaranku, dalilnya sama dengan Adam dan engkau sholat empat rakaat pada waktu Dzuhur. Apakah sebabnya jadi empat rakaat? sebabnya ialah engkau punya telinga dan dua kaki.
Firman Allah kepada Nabi Ibrahim a.s
Wahai engkau Ibrahim, kuperintahkan engkau jadi utusanku, tetapi engkau jangan ingin ma’rifat kepadaku dahulu. Ketahui saja dahulu bahwa penglihatanmu itu adalah penglihatanku dan sholatmu empat rakaat Ashar. Demikianlah tentang sholat Ashar.
Firman Allah kepada Nabi Musa a.s
Wahai engkau Musa kujadikan engkau utusanku, tetapi engkau jangan ingin tahu dahulu kepada zat dan sifatku. Ketahui saja bahwa pengucapmu itu sesungguhnya adalah pengucapku. Dalilnya sudah ada yaitu kalam mutakalimun. Sholatmu ada tiga rakaat pada waktu Maghrib, yaitu mulut, punya lisan dan memiliki arti yang tak salah lagi.
Firman Allah kepada Nabi Isa a.s
Wahai nabi Isa, engkau adalah utusanku, dan engkau tak usah ma’rifat kepadaku dulu, atau engkau ingin tahu tentang zatku ketahui saja bahwa nafasmu itu sendiri. Itu adalah kenyataan hidupku ini pasti, dan engkau harus sholat empat rakaat pada waktu Isya. Sebab di dirimu itu ada dua lobang hidung, sebagai bukti nyata dari padaku, dan punya darah. Sebab darah itu nanti mati (beku), dan nafasmu habis hilang. Jadi dapatlah kita simpulkan bahwa sholat lima waktu itu sudah terhimpun pada diri.
Baikah hamba susun seperti di bawah ini. Inilah sholat yang 17 rakaat itu pada diri kita.
- Nyawa 11. Mulut
- Ujud 12. Lisan
- Telinga kanan` 13. Arti yang tak salah lagi
- Telinga kiri 14. Lobang hidung kanan
- Kaki kanan 15. Lobang hidung kiri
- Kaki kiri 16. Nafas
- Mata kanan 17. Darah
- Mata kiri
- Tangan kanan
- Tangan kiri
Demikianlah adanya usul sholat 17 rakaat yang ada pada diri kita masing-masing. Inilah sebenarnya sholat (ingat) ingatlah selalu jangan lupa pada asalnya.
Ma’rifat ada tiga bagian
Pertama : ma’rifat syariat
Kedua : ma’rifat tharikat
Ketiga : ma’rifat hakikat
Apakah perbedaan antara tiga bagian itu:
Pertama: ma’rifat orang ahli syariat itu yaitu : mengenal segala hukum dan mubah, fardhu dan sunat.
Kedua: adapun ma’rifat orang dalil tharikat itu yaitu mengenal barang yang seni seperti: ria, ujud, takabur, sum’ah, dan hasad dan Lainnya. Segala sifat mazmumah yang tercela oleh rasa dan mengenal akan kasih sayang akan Allah Ta’ala kepada hambanya dan mengenal buruk dan baik dzahir bathin.
Ketiga: adapun ma’rifat orang ahli hakikat yaitu: antara antazzahu tasybih dan tiada terdinding pandangan dzahir dengan yang bathin dan sebaliknya tiada terdinding pandangan bathin akan dzahir. Demikianlah secara ringkasnya saja.
Apakah yang dinamakan syariat dan apa pula hakikat? syariat itu tubuh kita dan hakikat itu jiwa, keduanya itu tiada boleh pisah atau bercerai walaupun kita sudah kembali ke alam baqa. Ruh dan badan tiada boleh pisah. Sebab sudah senyawa di dalam badan atau di dalam rasa. Jadi siapa syariat semata dalam hidupnya, maka tiada harapan kumpul dengan ruhnya. Tetapi kalau sudah sampai kepada hakikat tidak mungkin lagi terpisah dengan sifatnya (badannya).
Jadi bagi ahlul hakikat walau bagaimanapun jua bentuknya, tetaplah ia ada syariat inilah arti syariat yang sejati dan mutlak, disini tidak ada tawar menawar lagi, titik.
Syariat tubuh, tharikat nafas, hakikat ruh, dan ma’rifat adalah sir. Inilah yang disebut Af’al. Asma, Sifat, dan Dzat kesemuanya ada dalam diri kita lahir bathin. Dan inilah orang yang dahulu disebut: pandangan, pengrasa, pengucap, dan pencium. Kesemua itu bersatu atau bersamaan di dalam rasa. Jadi siapa sudah mengembalikan hak ta’ala yaitu rasa, maka dialah yang merasa di dalam rasanya dan siapa masih betah dalam rasa Adam, maka tempatnya di neraka karena rasa itu ada tiga martabat, 1. Rasa Allah 2. Rasa Muhammad 3. Rasa Adam. Demikianlah yang sebenarnya yang dapat hamba sampaikan, dan pilihlah sendiri-sendiri.
Iman dan Islam
Adapun Islam itu syariat, dan iman itu hakikat, atau dengan kata lain ialah Islam itu dzahir dan iman itu bathin, dan bisa juga disebut Islam itu tubuh dan iman itu ruh/nyawa, jadi kalau kita kembalikan kepada asalnya yaitu: ruh dan jasad kembali kepada Nur Muhammad dan Nur Muhammad itu jadi daripada kudrat dan iradatnya. Kalau demikian adanya nyata kepada kita bahwa Nur Muhammad itu jadi daripada nur zat nyata benar bahwa zat itulah bermula segala ujud. Zat itulah bermula segala ujud tidak ada yang ujud hanya Allah dan perbuatan Allah ta’ala. Jadi Nur Muhammad itu tadi disebut juga dengan hakikat alam, Muhammad, dan hakikat Muhammad ialah hakikat alam. Jadi nyata kepada kita bahwa ujud alam dan ujud Allah, dan ujud Allah ain ujud alam ialah adalah hakikat alam. Jadi alam dan tuhan ialah satu (rahasia). Kalau demikian adanya maka ini dengan alam seluruhnya adalah satu rahasia dan kesimpulannya adalah: Allah, Muhammad, Adam ialah satu rahasia insan kamil pun Allah jua. Muhammad dan Adam pun pada hakikatnya, jadi ada hakikatnya manusia ini tuhan dalam rahasia. Syarat dalam beramal. Yang sebenarnya syarat syah beramal ialah: khusyu, ikhlas, dan ikhsan (ma’rifat)
Baiklah kita ambil pertengahan saja dahulu ikhlas ada tiga martabat/tiga bagian:
- Ikhlas orang mubtadi
- Ikhlas orang mutawasit
- Ikhlas orang muntahi
1. Ikhlas orang mubtadi itu ialah: suci daripada riya, ujud sum’ah dan tujuannya hanya semata karena Allah ta’ala. Maksud dan tujuannya untuk masuk surga dan takut akan neraka. Jenisnya ingin pahala dan menjauhi akan segala dosa.
2. Ikhlas orang mutawasit itu ialah: Maha suci dari riya dan sum’ah hanya semata karena Allah dan tidak ingin pahala, hanya mengerjakan suruh dan meningkatkan tengah.
3. Ikhlas orang muntahi itu ialah: tiada menilik baginya dari atau amal lainnya, hanya memandang fi’il hakiki kelakuan Allah ta’ala pada dirinya.
Dan mereka tiada merasa lagi ada ujudnya sendiri, semuanya fana dzahir dan batinnya. Kehendaknya adalah tidak bersalahan dengan kehendak tuhannya pandangannya manunggal dengan pandangan tuhannya. Kemauannya telah menunggal dengan kemauannya atau tuhannya dan dia seujud, senyawa, serasa, serasi dan serahasia dengan tuhannya. Tuhan menjadi matanya untuk melihat, telinganya untuk mendengar dan lidahnya untuk berkata-kata. Dia menjadi wali Allah dan Allah menjadi walinya. Demikianlah orang yang duduk pada golongan muntahi itu tadi. Inilah yang dimaksud dengan ikhlas, atau khusu' dan ikhlas, dan ihsan. Inilah maqam ahlul akhirat namanya. Untuk menjalani ke maqam muntahi ini kita harus sabar dan ridha apa kehendak Allah ta’ala saja dan harus menjalani maqam/martabat yang tiga itu seperti yang diterangkan di atas tersebut. Demikianlah keterangan ini.
—oo0oo—
Sumber:
https://www.academia.edu/8744844/ISI_KITAB_BARENCONG_full_114_halaman_
Di edit dan di posting ulang oleh Paseban Jati
Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:
Visit Sufipedia
Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:
Visit Donasi Paseban Jati
Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Kitab Barencong - Saksi Dan Penyaksian (32). Jika menurut Anda Kitab Barencong - Saksi Dan Penyaksian (32) bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.
Post a Comment Blogger Disqus