Isi tembang tersebut mengajarkan kepada kita agar mengedepankan kepentingan umum dan selalu nggilut ngelmu agama. Lirik atau cakepan bait pertama itu mengandung pasemon agar kita selalu mingkar (menjauhi) dan mingkur (tidak mempedulikan) perilaku yang tidak terpuji, yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi. Juga mengajarkan kepada kita sebagai orang tua agar selalu nggulawenthah lan mulang-muruk marang siwi (mendidik kebaikan kepada anak guna meraih cita-cita yang membanggakan. Mrih kretarta, jumbuh kang ginayuh, sembada kang sinedya.
Itu semua dimaksudkan agar sosok orang tua benar-benar migunani dan menjadi teladan bagi keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Hal itu seperti terungkap dalam bait kedua: Jinejer neng Wedhatama, mrih tan kemba kembenganing pambudi, mangka nadyan tuwa pikun, yen tan mikani rasa, yekti sepi, asepa lir sepah samun, samangsane pakumpulan, gonyak-ganyuk nglelingsemi. Apabila orang tua tidak memperhatikan tuntunan tersebut, walau ia telah berusia lanjut akan terkesan hampa dan memalukan bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga di tengah masyarakat.
KGPAA Mangkunegoro IV memang sangat terkenal jasa dan perjuangannya (khususnya) di Praja Mangkunegaran, baik di bidang pemerintahan, kemiliteran, sosial, ekonomi, budaya dan kesusasteraan. Di samping menciptakan berbagai wayang, cicit Pangeran Sambernyawa itu juga ahli membuat gamelan, kolektor topeng dan ahli di bidang falsafah. Tokoh yang bernama kecil Raden Mas Sudiro inipun telah menulis puluhan karya. Antara lain Serat Wedhatama, Babad Giripura, Piwulang Salokatama, dan Piwulang Wirawiyata.
Bait kesembilan Tembang Pangkur karya KGPAA Mangkunegoro IV juga mengajarkan hakikat menang adalah, bila bisa mengalahkan diri sendiri. Hal itu seperi terungkap dalam cakepan berikut ini. Kekerane ngelmu karang, Kekarangan saking bangsaning gaib, iku boreh paminipun, tan rumasuk ing jasad, amung aneng sajabaning daging kulup, yen kepengok pancabaya, ubayane mbalenjani.
Disebutkan, bahwa orang yang mengandalkan ilmu gaib yang hanya hasil reakaan, ibaratnya hanya memakai bedak. Sama sekali tidak meresap, karena hanya menempel di kulit luar semata. Hakikatnya, di muka bumi ini memang ada orang yang benar-benar berilmu. Tetapi kita kadang terjebak oleh seseorang, karena hanya melihat sisi luarnya saja.
Yang terurai di atas, baru ajaran dalam Tembang Pangkur. Agar hidup kita berguna dan tidak mudah tertipu, alangkah baiknya kalau kita sesekali mencermati pesan, anjuran lan pasemon yang tersirat dalam Serat Wedhatama. (akarasa.com)
Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:

Visit Sufipedia
Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:

Visit Donasi Paseban Jati
Post a Comment Blogger Disqus
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.