Memiliki nama kecil Raden Mas Gusti Subadya, Paku Buwono IV dilahirkan pada Kamis Wage, 18 Rabiul Akhir Tahun Je 1694. la adalah putera Paku Buwono III, dan telah dinobatkan bergelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunagara Sudibya Rajaputra Narendra Ing Mataram saat berusia muda.
Paku Buwono IV dinobatkan menjadi raja berselang tiga hari setelah ayahandanya, Paku Buwono III meninggal dunia. Penobatan berlangsung pada Senin Pahing, tanggal 28 Besar Tahun Jimakir 1714 pada usia 20 tahun. Paku Buwono IV beristerikan Raden Ajeng Handaya yang kemudian diangkat menjadi permaisuri bergelar BRAy Adipati Anom Hamangkunegara, yang merupakan puteri Adipati Cakraningrat dari Madura. Sayang sekali, pernikahan itu tidak berumur lama dan kemudian Paku Buwono IV menikah lagi dengan gadis asal Madura bernama RAj Sakaptinah. Sakaptinah tidak lain adalah adik kandung BRAy Adipati Anom Hamangkunegara. Dalam istilah Jawa disebut ngarang ulu, artinya setelah menikahi kakak, namun karena terlalu cepat dipanggil Tuhan kemudian menikahi adiknya. Setelah menjadi permaisuri, RAj Sakaptinah kemudian bergelar Kangjeng Ratu Kencana Wungu.
Selama memimpin Keraton Kasunanan Surakarta, Paku Buwono IV banyak sekali meninggalkan hasil kebudayaan yang masih tetap lestari hingga sekarang. Di antaranya Serat Wulangreh, Serat Wulang Sunu, Serat Wulang Putri, Serat Wulang Tata Krama, Donga Kabulla Mataram, Cipta Waskitha, Serat Sasana Prabu, Panji Sekar, Panji Raras, serta Serat Pola Muna Muni. Serat Wulangreh sampai sekarang tetap popular di lingkungan kebudayaan Jawa. Orang Jawa sangat memperhatikan ajaran-ajaran di dalamnya yang berisi tuntunan untuk hidup berbudi luhur.
Dalam usianya yang senja, suatu ketika Paku Buwono IV kedatangan seorang ulama dari Tanah Arab, dan di hadapannya, ulama itu mempersembahkan tiga biji buah kurma, la sempat ragu-ragu, datang jauh-jauh dari Arab hanya ingin menyerahkan tiga biji kurma saja. Apakah gerangan maksudnya? Setelah dicoba ditanyakan langsung, ulama asal Negara Arab itu menjelaskan bahwa tiga kurma itu bermakna simbolis. Kelak pada waktunya nanti, tiga putera Paku Buwono IV diramalkan bakal naik tahta dan kesemuanya menjadi raja di Keraton Kasunanan Surakarta. Sebagai seorang raja, Paku Buwono IV pun gundah memikirkan makna simbol tiga kurma itu, dan ia mengkhawatirkan akan terjadi pertumpahan darah sehingga membuat wilayah kekuasaan Keraton Kasunanan Surakarta bakal terpecah belah sepeninggalnya nanti.
Untuk mengurangi kegalauannya itu, ia melakukan amandita (bertapa) dengan mendirikan pesanggrahan di barat daya Keraton Kasunanan Surakarta, tepatnya di Desa Cemani. Dari hasil pertapaannya, ia kemudian mengeluarkan surat wasiat yang diberikan kepada abdi dalem penghulu kepercayaannya bernama Ki Penghulu Martalaya. Surat wasiat itu ia tujukan khusus kepada segenap putera puterinya dengan isi sebagai berikut: Pertama, abdi penghulu itu diharapkan benar-benar melaksanakan isi wasiat dan dilarang keras untuk mencoba-coba mengubahnya. Kedua, abdi penghulu diminta untuk menghafalkan seluruh benda pusaka kerajaan, sehingga dalam mewariskan kepada putera puterinya tidak ada yang keliru. Ketiga, supaya abdi penghulu memperingatkan putera mahkota seandainya bermaksud memusuhi Belanda. Alasannya, kelak bila garis Tuhan telah tiba, Belanda akan enyah sendiri dari Bumi Nusantara. Dan terakhir, supaya abdi penghulu beserta keturunannya nanti tetap mengabdi kepada keturunan Paku Buwono IV.
Dalam surat wasiatnya itu, Paku Buwono IV juga memerintahkan kepada patih dalem Kangjeng Raden Adipati Sasraningrat II untuk sanggup setia dan mampu menjaga ketenteraman apabila ia meninggal dunia kelak. Parahnya sakit yang diderita oleh Paku Buwono IV membuatnya wafat pada Senin Pahing, 25 Besar Tahun Alip 1747 atau 2 Oktober 1820 M. la meninggal dunia pada usia 55 tahun dengan dikaruniai 56 orang anak.
Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:
Visit Sufipedia
Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:
Visit Donasi Paseban Jati
Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Paku Buwono IV Keraton Kasunanan Surakarta. Jika menurut Anda Paku Buwono IV Keraton Kasunanan Surakarta bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.
Post a Comment Blogger Disqus