Paseban Jati

0
Pada masa pemerintahan Amangkurat II, banyak terjadi huru-hara yang menyebabkan stabilitas Kerajaan Mataram terganggu. Oleh karena itu, Amangkurat II kemudian memindahkan pusat kerajaan ke daerah Kartasura. Ibukota baru ini diyakini akan membawa ketentraman dan kedamaian kerajaan. (Purwadi; 2004).

Paku Buwono I dilahirkan dari isteri permaisuri Amangkurat I, Gusti Kanjeng Ratu Wetan. Ia memiliki nama kecil Bandara Raden Mas Gusti Drajat dan setelah dewasa bernama Pangeran Puger. Pangeran Puger merebut kekuasaan Amangkurat III karena selama memerintah, Amangkurat III kurang disukai di lingkungan Kerajaan Mataram maupun Pemerintah Belanda. Bahkan, Amangkurat III yang bernama asli Sunan Mas itu pernah mendapat julukan sinis, yakni pun Kencet atau Si Pincang (Soemarsaid Moertono; 1985). Tidak ayal lagi, pergolakan politik di Kartasura saat itu semakin membara, sehingga dalam sejarah Mataram pemberontakan itu sering disebut Perang Suksesi I.

Dengan dukungan VOC, Pangeran Puger memberontak pamannya lagi, dan Sunan Mas dapat dikalahkan. Oleh Belanda, Sunan Mas dibuang ke Srilangka, sebaliknya Pangeran Puger akhirnya dinobatkan menjadi raja di Kartasura. Penobatannya itu dilakukan di Semarang pada tahun 1704 dengan bergelar Paku Buwono I. Ia mendapatkan legitimasi kekuasaan setelah mendapatkan wahyu melalui air mani jenazah Amangkurat III (Darsiti Soeratmgn; 1989). Namun Paku Buwono I membayar harga yang mahal atas pengangkatannya itu karena ia harus kehilangan wilayah Cirebon, Priangan, serta belahan timur Madura yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Mataram (Mochtar Lubis; 1982).

Paku Buwono I beristerikan Kanjeng Ratu Mas Balitar dengan panggilan Ratu Ibu atau Sang Aprabu Nini. Kepribadiannya yang luhur dan agung menjadikan Ratu Mas Balitar begitu dihormati sebagai amardika jimate wong nusa Jawa (Alexander Sudewa; 1995). Sikap Ratu Balitar yang bijak itu mampu meredakan krisis politik yang selalu bergolak pada awal kerajaan Kartasura dan Surakarta. Ratu Balitar juga pernah terlibat dalam pembuatan sejumlah karya sastra nan adiluhung, di antaranya Serat Iskandar, Serat Menak dan Serat Yusuf. Karya-karya tersebut selain dimaksudkan untuk syiar Islam, juga bertujuan kemajuan pendidikan masyarakat yang selalu mengalami pergolakan. Paku Buwono bertahta selama 15 tahun dan ia wafat pada tahun 1719.

Pemerintahan Kerajaan Kartasura kemudian diteruskan oleh putera sulungnya, Raden Mas Gusti Surya Putra. Setelah bertahta pada tahun 1719, ia lebih suka menggunakan nama Amangkurat IV, dengan bergelar Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Senapati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama, atau lebih kondang dengan sebutan Sunan Amangkurat Jawi. Amangkurat IV ini kemudian menurunkan tiga dinasti kerajaan Jawa, yakni Paku Buwono II, GPH Mangkubumi yang kemudian menjadi Sultan Hamengku Buwono I di Yogyakarta, serta GPH Mangkunegara yang merupakan ayah Mangkunegara I di Surakarta.

Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:

http://sufipedia.blogspot.com
Visit Sufipedia

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





http://paseban-jati.blogspot.co.id/p/donasi.html
Visit Donasi Paseban Jati

Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Paku Buwono I Keraton Kasunanan Surakarta. Jika menurut Anda Paku Buwono I Keraton Kasunanan Surakarta bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top