Adapun rahasia itu didalam hati, dan hati itu didalam puat, puat itu didalam jantung, dan jantung itu di dalam rahasia Allah.
Tetapi hati, puat, jantung itu sudah lebur kedalam rahasia Allah. Jadi tuhan itu tiada bertempat dan tiada ditempati oleh makhluk siapa yang sangka bahwa tuhan itu bertempat di hati, di puat, di jantung, di arsy, di langit, di surga, atau di manusia, maka orang itu kafir.
Atau rahasia ma’rifat itu tidak terpakai lagi kata-kata yang bagaimanapun, sebab kalau kita masih berpegang kepada kata-kata maka kata-kata itulah yang jadi dinding. Dan yang disebut rahasia Allah itu tadi, pertama rahasia yang berada di dalam jantung itulah yang bernama Allah. Dan yang demikian bernama rahasia Allah, dan kehendaknya, kehendak Allah inilah yang berada dalam puad, dan inilah yang bernama rasa. Karena disitulah tempat akan segala kehendak Allah, lahir atau bathin. Sekali lagi janganlah dipahami bahwa tuhan itu bertempat kepada manusia, atau manusia bertempat kepada tuhan. Untuk membuktikan hilangnya rasa itu. Lihatlah contoh orang yang sedang tidur. Semuanya tiada merasa apa-apa lagi. Apalagi yang disebut ini itu sudah tidak ada. Dari itu janganlah lagi makhluk berkehendak, jangan lagi ada Ingatanmu, dan dirimupun tiada. Maka yang ada itupun hanya hayat jua adanya. Jadi, disini adalah rahasia Allah itu jadi iradat kepada insan dan kepada hayawan, sekiranya jika rahasia Allah itu dan iradat Allah dzahir dan bathin, tidak ada maka disitulah manusia menganggap ada perbuatan dirinya sendirinya. Disinilah hawa nafsu menunggangi manusia. Bukan manusia menunggangi nafsu, tapi nafsulah yang beraku-aku itu dalam setiap kejapan mata. Aku haramkan mulutku, aku kafirkan hatiku, bila aku masih beraku-aku dengan hawa nafsu yang tercela atau dengan nafsu akuan makhluk aku sebagai si penyusun kitab ini bertanggung jawab atas kata-kataku tadi. Siapa yang hendak mengambil boleh dan siapa yang menolakpun boleh.
Tidak ada pakaian dalam agama Allah.
Seorang wali itu tidak beraku-aku lagi kecuali dengan akuan Allah. Bukanlah engkau yang beraku-aku.
Dikata engkau beraku-aku tapi Allahlah yang beraku-aku tiada engkau beraku-aku. Jadi yang beraku-aku dikala itu adalah rahasia Allah, bukan engkau dalilnya: wama romaita idjromaita, walakinnallah aroma. Artinya: bukanlah engkau yang melempar dikala engkau melempar, tapi Allahlah yang melempar dikala engkau melempar. Pahamkah.
—oo0oo—
Sumber:
https://www.academia.edu/8744844/ISI_KITAB_BARENCONG_full_114_halaman_
Di edit dan di posting ulang oleh Paseban Jati
Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:
Visit Sufipedia
Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:
Visit Donasi Paseban Jati
Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Kitab Barencong - Rahasia (Ma’rifat) (33). Jika menurut Anda Kitab Barencong - Rahasia (Ma’rifat) (33) bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.
Post a Comment Blogger Disqus