Paku Buwono II lahir pada Selasa Pahing, tanggal 26 Besar Tahun Alip 1635. Ia adalah putera ke-10 dari isteri permaisuri Amangkurat IV bernama Kangjeng Ratu Kencana atau Kangjeng Ratu Ageng, puteri Raden Adipati Tirtakusuma, Bupati Kudus. Memiliki nama kecil Raden Mas Gusti Prabu Suyasa, Paku Buwono II naik tahta pada Kamis Legi, 16 Besar Tahun Jimakir 1650 atau 15 Agustus 1726 pada usia 16 tahun. Sepeninggal Amangkurat IV, situasi politik di Kartasura masih saja diwarnai pergolakan.
Sengketa antar pangeran banyak mewarnai, lebih-lebih menyangkut suksesi siapa yang berhak menggantikannya untuk menjadi raja di Keraton Kartasura.
Situasi tidak menentu ini dimanfaatkan oleh VOC demi kepentingan politik untuk menanamkan kekuasaannya di Mataram. Belanda mendukung penuh putera Amangkurat IV itu dengan mengirimkan pasukan militer ke Kartasura untuk menumpas para penentang Paku Buwono II. Maka pecahlah Perang Suksesi II, antara pendukung Paku Buwono II yang pro-Belanda dengan penentang yang anti-Belanda. Apalagi, Raden Mas Gusti Prabu Suyasa bertahta masih sangat belia sehingga mudah diombang-ambingkan.
Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan peristiwa Geger Pacinan pada tahun 1740, di mana orang-orang Tionghoa menyerang Belanda di Batavia. Mengutip Mochtar Lubis, 1982, Purwadi dalam Sejarah Sultan Agung Harmoni antara Agama dengan Negara menyatakan, lebih dari 10.000 etnis Tionghoa di Batavia mati dalam peristiwa itu dan sebagian melarikan diri ke Jawa Tengah. Kerajaan Mataram Kartasura tidak luput dari amukan, sehingga timbullah kekacauan di sana. Paku Buwono II tidak dapat mengatasi kerusuhan yang timbul akibat aliansi elite bangsawan dengan pengusaha Tionghoa.
Semasa Paku Buwono II, cucu Sunan Mas yang bernama Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning pada 30 Juni 1742 dan memproklamirkan sebagai pengganti Susuhunan yang sah. Bekerja sama dengan pasukan Tionghoa, mereka melawan Belanda menggempur Keraton Kartasura. Keraton Kartasura berhasil dikuasai, sementara Paku Buwono II sendiri berhasil meloloskan diri ke Ponorogo. Namun upaya tersebut berhasil dipatahkan oleh Belanda, sehingga Paku Buwono II dipulihkan kembali kedudukannya pada tahun itu juga. Akan tetapi keberhasilan itu harus dibayar mahal karena kekuasaan Belanda harus diterima pada seluruh wilayah kekuasaan Mataram. Belanda diperkenankan membuat kebijakan-kebijakan politik, seperti membuat mata uang sendiri. Belanda juga diizinkan untuk membangun kekuatan militer di Mataram.
Akibat kekacauan yang terus menerus itu, Keraton Kartasura mengalami kerusakan yang cukup parah. Paku Buwono II pada tahun 1745 memutuskan untuk memindahkan pusat kerajaan dari Kartasura ke Surakarta. Menurut kepercayaan Jawa, ibukota kerajaan yang pernah diduduki musuh harus dipindah. Atas masukan beberapa pujangga, maka dipilihlah Desa Sala di Surakarta sebagai pusat Kerajaan Mataram yang baru. Setelah melalui pertimbangan, maka pada tanggal 17 Februari 1745 atau 14 Sura Tahun Je 1670, dilakukan boyong kedhaton (pindah kerajaan) dari Kartasura ke Surakarta.
Kepindahan tersebut dengan sendirinya memerosotkan Kartasura dari sebuah pusat pemerintahan menjadi kota kawedanan yang kurang berarti. Masih beruntung letaknya cukup strategis karena berada pada persimpangan jalan ke selatan menuju Yogyakarta dan ke arah barat menuju Semarang.
Sementara Paku Buwono II menikmati kerajaan yang baru itu hanya empat tahun karena pada 20 Desember 1749 ia wafat pada usia 40 tahun dengan meninggalkan 21 anak. Paku Buwono II juga dikenal dengan sebutan Sinuhun Kombul.
Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:
Visit Sufipedia
Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:
Visit Donasi Paseban Jati
Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Paku Buwono II Keraton Kasunanan Surakarta. Jika menurut Anda Paku Buwono II Keraton Kasunanan Surakarta bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.
Post a Comment Blogger Disqus