Paseban Jati

0
Yang sebenar-benar diri itu nyawa
Yang sebenar-benar nyawa itu ruh.
Yang sebenar-benar ruh itu nur Muhammad
Yang sebenar-benar nur Muhammad itu sifat
Yang sebenar-benar sifat itu zat (zat hayat)
Yang sebenar-benar zat itu diri
Yang sebenar-benar sifat itu rupa

Tapi bila kita mendakwa kepada ruh, maka teruskanlah kepada zat dan sifat Allah. Supaya jangan terdinding kepada Allah apabila sudah kita tembuskan kepada zat dan sifat Allah, itulah tubuh orang ma’rifat yang sebenarnya. Kalau sudah sampai kepada diri yang sebenarnya atau diri bathin, barulah bathin dapat melihat bathin. Disini dapatlah orang yang sampai itu melihat perjalanan ruh/rohani. Adapun yang disebut roh idhofi itu berbadan Muhammad. Disini hamba tambahkan pula tentang nama-nama roh yang patut dikenal: seperti roh idhofi, roh mukayyat, dan roh mutlak. Dan yang pertama tadi disebut roh idhofi. Dan yang disebut roh/nyawa itu tadi disebut juga roh mukayyat. Yang disebut roh mutlak itu adalah roh robbani itu adalah roh Tuhan Allah.

Kalau orang yang hanya sampai kepada roh mukayyat atau yang disebut nyawa itu: artinya yang belum meneruskan kepada zat dan sifat Allah ta’ala.

Maka orang yang telah meneruskannya kepada zat dan sifat Allah itulah yang disebut roh mutlak. Atau lazim disebut oleh kaum sufi dengan Ruhul Kudus atau Ruhul Haq, Ruhul Amin.

Jadi seorang wali Allah yang berada pada tingkat atas darinya bertubuh Sir, dan berubah-ubah Tuhan. Yang disebut Sir dan roh itu ialah: zat Allah dan sifat Allah. Dengan adanya zat dan sifat itu lalu kita ingat kepada kalimah yang berbunyi ah, ah, ah, ah, ah, ah, ah. Disini ada dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Ha. Alif itu berarti Ujud, dan H itu berarti Hayat. Tiap-tiap hayat tentunya dengan ujud. Setiap ujud dan hayat, pasti dengan namanya pula. Dan setiap ada Ujud, Hayat dan Asma, tentu ada Af’al jadi susunannya yang sebenarnya itu adalah: Zat, Sifat, Asma, dan Af’al itulah yang bernama Allah dan akhirnya kalimah La Ilaha ila Allah itulah yang bernama Zat, Sifat, Asma, dan Af’al. Inilah rahasia bathin dan zahir syariat dan hakikat. Hamba dan tuhan, abid dan ma’bud, Khalik dan makhluk. Zat dan sifat tiada boleh pisah, begitu juga tidak boleh sekutu. Ia seperti nafi dan isbat jua adanya dan masa lalunya rasa, kita lupa dan kita tidak ingat lagi yang sebagai macam, itulah yang bernama idhafat ma’allah artinya: hilang semuanya dan tidak ketinggalan walau sebesar atom. Maka ini hamba disebut dengan maqam: penelanjangan tuhan. Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang yang lainnya. Adapun cita-cita dan rasa perasaan masalah berbagai bathin dan zahir sekalian tubuh itu lahir dan bathin. 

Sebab karena yang dipuji itu jatuhnya kepada tubuh bathin dan zahir. Inilah jadinya kedalam diri kita, bilangan tatkala Allah ta’ala itu bersifat dengan sifat, kata ain. Jadi kesimpulannya ialah yang memuji ia yang dipuji. Ia yang menyembah dan ia juga yang disembah. Karena Ahadiyah, Wahdah, dan Wahadiah adalah Esa. Jadi disini boleh di kata: puji qadim bagian qadim, puji hadist bagi qadim. puji qadim bagi hadits. Dan puji hadits bagi hadits. Bagi orang yang paham tentang rahasia ma’rifat itu, tidak ada lagi syakan ragu atas kata-kata yang diatas ini tadi sebab dalam ilmu hakikat ada kesimpulan yang berbunyi Wahadiah, Wahdah, Wahidiyah, adalah Esa. Jadi Muhammad, Adam adalah Esa.

Kamilpun Allah jua. Muhammad dan adapun ada hakikatnya: jadi pada hakikatnya manusia ini adalah rahasia Tuhan menurut bentuk dan surahnya sendiri. Maka dari itu tuhan memerintahkan kepada malaikat supaya sujud kepada Adam a.s.

KHALIK DAN MAKHLUK

Beberapa kesimpulan

Asal kata makhluk diambil dari kata-kata Halq dan kata-kata Halq diambil dari kata Khaliq. Dan kata-kata Khalik itu adalah Khalik. Jadi asal dari Khalik kembali lagi kepada Khalik. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Datang dari Allah kembali kepada Allah. Awalnya Allah, dan akhirnya Allah. Awalnya tuhan dan akhirnya tuhan. Awalnya tidak ada permulaannya dan akhirnya pun tidak ada penghabisannya.

Kalau ma’rifat kita sudah ta’zimullah, yaitu:

Tilik seorang arif itu akan kebesaran dan kemuliaan dan keagungan tuhan Allah Azza Wajalla jua adanya maka intisari dari pada itu adalah segala makhluk itu adalah Khalik, dan Khalik itu sebaliknya. Dalilnya: Syuhudul Kasrah til Wahdah dan Syuhudul Wahdah fil Kasrah, akhirnya Syuhudul Wahdah fil Wahdah. Demikianlah pandangan seorang Arifin billah. Jadi kesimpulannya adalah: semua itu Allah dan Allah itu semuanya inilah yang disebut Wahdah al-Ujud atau kesatuan ujud. Jadi hamba dapat menyimpulkan pula bahwa Allah adalah hakikat alam.

Apakah yang dimaksud Azzazatullah

Baiklah hamba uraikan secara ringkas saja bagi orang yang telah ma’rifat zat, tiadalah baginya permulaan dan penghabisan.

Pandangannya jauh berbeda dengan pandangan orang yang hanya berada dengan pandangan tingkat bawah. Orang demikian berpandangan bahwa ia melihat Allah setiap kejapan mata dan dalam setiap sentuhan hatinya yang disebut mata hati itu bukannya ia nya. Sebab mata lahir dan mata hati itu hanya Asma jua adanya disini mata bathin melihat bathin. Dan mata hati itu sudah lebur kedalam Fana. Jadi pandangan yang tertinggi sekarang ini adalah kembali kepada mata zahir jua dahulu. Hingga mata bathin, sebab tiada kebilangan hakikat itu tanpa syariat/zahir dan tiada kebilangan syariat itu tanpa hakikat/bathin. Kesimpulannya adalah: zahir ia yang bathin, dan bathin ia yang zahir, sebab awal dan akhir itu adalah rahasia insan. Maka dari pada itu pandangan akhir jua pandangan awal. Disinilah letaknya rahasia Allah / insan, dan rahasia Allah adalah rahasia insan. Rahasia insan dan rahasia Allah itu disebut juga dengan Sirullah atau Sirullah zat atau zat Ilahiah.

Zat Ilahiah itu yaitu diri bathin dan zahir. Zahir tuhan ada di manusia dan bathin manusia ada di tuhan. Dengan kata lain yaitu: Zahirnya makhluk dan bathinnya tuhan dan zahirnya……..bathin……..

Jadi hendaklah diketahui akan Sirullah didalam ujud insan dari kita ini. Sekira kira ujudullah berdiri dihadapanmu dengan nyata dan jelas. Hilangkan dan lenyapkan ujudmu. Niscaya ujudullah berdiri dengan kedirianmu.

Tak ada ujud bagimu, lahir dan bathinnya, kecuali itu hanya ujudullah jua yang ada.

Ujud kesegalaan ini hanya ujud hayal, bukan sebenarnya ujudullah ada pada setiap diri: dan ada pada setiap manusia dan seluruh makhluk. Tetapi disini memerlukan perincian yang mendalam. Jadi siapa masih melihat kepada dirinya seumur hidupnya tidak akan bertemu dengan tuhannya. (tidak akan melihat kepada tuhannya). Siapa yang melihat kepada tuhannya niscaya tiada lagi melihat kepada dirinya sendiri. Tiada lagi melihat makhluk yang terlihat hanya tuhannya. Itu menunjukkan tidak lagi melihat dirinya dengan kekuatan dalil yang nyata yaitu: ROBBI BI ROBBI.

Melihat tuhannya dengan tuhannya.
Mengenal tuhannya dengan tuhannya.

Demikianlah tentang ujudillah itu tadi.

Beberapa Bentuk Zikir

Dalam ajaran tasawuf ada beberapa bentuk zikir walaupun umpamanya berlainan antara sufi ini dan sufi itu, atau guru ini, dan guru itu, semuanya disebut zikir jua. Bagi penelitian hamba yang daif lagi hina ini, semua bentuk zikir itu baik hanya ada beda dalam sebutannya dan hurufnya. Tapi semua itu adalah zikir. Tetapi yang penting disini bukan huruf dan suara akan tetapi isinya apakah zikirnya kosong, atau isi, itulah yang menjadi rasa Allah. Dalilnya adalah: Laya’ zikrullah ilallah, artinya: tiada menyebut Allah hanya Allah, inilah ainnya. Sekarang zikir yang hendak menangkap burung nuri seekor. Umpamanya kita berzikir mengata: Hu Allah, Hu Allah. Itu ibaratnya menangkap burung tertangkap ekornya.

Mengata: Allahu, Allahu, baru tertangkap bulunya saja
Mengata: Allah, Allah, tertangkap kakinya saja
Mengata: La ilaha ilallah zatullah tertangkap kepala
Mengata: La ilaha ilallah hak, tertangkap paruhnya
Mengata: La ilaha ilallah nurul hak, tertangkap dadanya.
Mengata: Lahu, Lahu, tertangkap lehernya
Mengata: La, La, La tertangkap sayapnya saja
Mengata: Hu, Hu, Hu tertangkap suaranya saja
Mengata: Ah, Ah, Ah tertangkap keindahannya saja.
Akhirnya: La hurupin wala sautin: baru tertangkap saikungan
Artinya: diam


Sumber:
https://www.academia.edu/8744844/ISI_KITAB_BARENCONG_full_114_halaman_
Di edit dan di posting ulang oleh Paseban Jati

Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:

http://sufipedia.blogspot.com
Visit Sufipedia

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





http://paseban-jati.blogspot.co.id/p/donasi.html
Visit Donasi Paseban Jati

Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Kitab Barencong - Yang Sebenar Diri (34). Jika menurut Anda Kitab Barencong - Yang Sebenar Diri (34) bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top