Paseban Jati

0
Kitab Barencong - Tentang Fana Ul Fana (11)
1. Fana dzahir yaitu: merasakan tajali atau memantul keagungan Tuhan pada tindak tanduk seseorang, sehingga segala keinginan, kehendaknya, ikhtiarnya sudah terlepas dari dirinya. Karena itu kadang-kadang orang itu sampai-sampai beberapa lama tidak tahu makan dan minum dan sebagainya, semuanya terserah kepada Allah.

2. Fana bathin yaitu: hatinya saja yang fana dan lahirnya tidak, lahirnya seperti biasa. Hatinya terbuka pada melihat sifat-sifat Tuhan, dan keagungan serta gerakan-gerakan Tuhan, hilanglah segala was-was dan keragu-raguan dalam hatinya dan penuhlah hatinya dengan keyakinan terhadap Allah s.w.t. Tidak ada dalam hatinya timbul perasan takut dan gentar, kasih dan sayang, suka dan duka, kecuali kepada Allah.

Fana yang demikian itu yang membawa ke maqam Baqabillah, serta melewati fana yang pertama. Biasanya lebih dahulu dimulai dengan pengakuan seluruh wujud. Sedang hatinya atau rohnya selalu melihat gerakan Allah, baik dalam ibadah seperti: dalam sembahyang. Dan dalam segala apa yang dilihat dan didengar dan lain-lain sebagainya.

Maqam Baqabillah inilah yang senantiasa ada pada para nabi dan rasul-rasul, dan aulia dan anbiya Allah Ta’ala yang berada dibawah qidamnya Nabi Muhammad s.a.w.

Maqam Baqabillah ini kebanyakan adalah maqam mereka yang mahzub, dimana setelah mereka berada dipuncak tauhid, lalu mereka turun kepada sifat, dan sama, terus kepada af’al, sehingga kelihatan pada lahirnya mereka seperti orang biasa saja, memandang akuan ini, dan berbuat seperti ahli syariat umumnya. Tetapi hati mereka tidak pernah lupa kepada Allah dan selalu berpegang kepadanya. Ada perbedaan sedikit bagi orang yang berada dimaqam fana, mereka adalah orang yang salik. Dimana pandangan mereka dimulai dari bawah dan terus naik atau tarakki. Yakni dimulai memandang akuan, naik kepada af’al, sama, terus kepada sifat, dan akhirnya kepada zat. Dan karena tajamnya dan asyiknya musahadah, mungkin terjadi perasaan fana, yang kita maksudkan dengan fana dzahir yang tersebut diatas.

Demikianlah perjalanan fana dan baqa bagi seorang aribillah atau wali Allah Ta’ala. Jadi disini hamba katakan bahwa, kalau dimaqam fana belum faham betul atau belum mengerti, maka tidak ada harapan untuk mencapai maqam baqa. Maka daripada itu pandanglah sedalam-dalamnya tentang maqam fana, kalau sudah hasil maqam fana, maka tercapailah maqam baqa. 

Demikianlah tentang maqam fana dan maqam baqa.

Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:

http://sufipedia.blogspot.com
Visit Sufipedia

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





http://paseban-jati.blogspot.co.id/p/donasi.html
Visit Donasi Paseban Jati

Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Kitab Barencong - Tentang Fana Ul Fana (11). Jika menurut Anda Kitab Barencong - Tentang Fana Ul Fana (11) bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top