Sekarang baiklah kita berkisar pula kepada membicarakan tentang Maqam Fana atau Maqam Binasa.
MAQAM FANA/MAQAM BINASA
Maqam Fana ialah: Hilangnya ujud kita ini lahir dan bathin. Bukan hilang pada nafsu ammarah, tetapi hilang dalam pandangan makhluk, kalau kita sudah benar-benar memesrakan diri kita lahir bathin kepada Nur Muhammad dan bersatu dengan seluruh perikemanusiaan dan bersatu dengan seluruh perikemanusaiaan dan bersatu dengan seluruh alam, maka kalau sudah beroleh wasiat, hingga lenyaplah sifat-sifat Allah Ta’ala.
Inilah yang disebut dengan Fana dan Baqa:
- Kudrat kita lenyapkan kepada kudrat Allah Ta’ala,
- Iradat kita lenyapkan kepada iradat Allah Ta’ala,
- Ilmu kita lenyapkan kepada ilmu Allah Ta’ala,
- Hayat kita lenyapkan kepada hayatullah Zat,
- Pendengaran kita lenyapkan kepada pendengaran Allah Ta’ala,
- Penglihatan kita lenyapkan kepada penglihatan Allah Ta’ala,
- Perkataan kita lenyapkan kepada perkataan Allah Ta’ala.
Maksud diatas tadi ialah :
- Wala Qadirun: tiada kuasa hanya Allah Ta’ala,
- Wala Muridun: tiada berkehendak hanya Allah Ta’ala,
- Wala Alimun: tiada tahu hanya Allah Ta’ala,
- Wala Hayyun: tiada hayat/hidup hanya Allah Ta’ala,
- Wala Basyirun: tiada melihat hanya Allah Ta’ala,
- Wala Sami’un: tiada mendengar hanya Allah Ta’ala,
- Wala Muttakalimun: tiada yang berkata-kata hanya Allah Ta’ala.
Jadi kalau sudah begini Fana lah zat kita dan sifat kita dzahir dan bathin, inilah dalilnya.
- MAUJUDUN WAHIDUN: Ujud yang empunya ujud Esa.
- WAJATUN WAMAUSUFUN: Zat dengan empunya zat adalah Esa jua.
- SIFATUN WAMAUSUFUN, Wahidun sifatun wahidun; sifat dengan empunya sifat adalah Esa.
- ASMAUN WAMAUSFUN, Wa asmaun wahidun; nama dengan yang empunya nama adalah Esa jua.
- AF’ALUN WAMAUSUFUN, Af’alun wahidun; af’al dengan yang empunya af’al Esa jua.
Jadi inilah yang disebut arti dan makna yang sebenarnya daripada Fana dan Baqa itu tadi.
Inilah arti Fana dan Baqa yang dituntut oleh seorang Salik/penuntut/tholib/murid. Adapun alam insan itu terhimpun kepada diatas daripada segala alam, jika bukan karena insan, sesuatu pun tiada dijadikan/didzahirkan oleh Tuhan selamanya. Dalil menyatakan: Al insan sirri wa ana sirrohu, artinya insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya. Dan lagi: Al insanu sirri wa ana sirri, sifatun wasifatin lagoirih: artinya: insan itu rahasiaku, rahasiaku itu sifatku, tiada lain daripadaku jua.
Maka dari itulah insan dilebihkan oleh Allah Ta’ala daripada malaikat; pun demikianlah hendaknya itikad kita adanya. Yaitu: itiqad yang putus adanya, dan tiadanya, dan adanya.
Kalau anda sudah faham benar berarti putus itiqadnya, dan tiadanya dan adanya; maka barulah mendapat Maqam Arifin yang sebenarnya. Baiklah hamba uraikan secara ringkas tentang:
ADANYA DAN TIADANYA
MANUNGGAL DUA UNSUR KETIDAKADAANNYA ADALAH KEADAANNYA, DAN KEADAANNYA ADALAH KETIADAANNYA.
Sekarang baiklah kita buat contoh/missal:
Kalimah: LA ILAHA ILLALAH itu meliputi sangkalan dan pengakuan. Adalah keadaan/adanya dan tiadanya keadaannya/tiadanya, artinya: hakikat dari Tuhan adalah tiadanya? Dalam ketidakadaannya/tiadanya: DIA mulai ADA. Yang terakhir lagi disebut: keadaan yang abadi.
Itulah makna atau arti dari: ADANYA DAN TIADANYA.
Sekarang kita teruskan sedikit lagi tentang ada dan tiada. Keadaan yang abadi dan ketidakadaannya keduanya sekalian bersamaan (sekaligus bersamaan). Adalah merupakan: Ujud dari Tuhan. Sangkalan mengandung pengakuan yang positif.
Jadi disini sangkalan dan pengakuan tidaklah terpisah dan tidaklah tersentuh, maksudnya ialah: bercerai tidak, bersatu tidak: akan tetapi keduanya Nafi dan dibatasi oleh kalimah ILA dan tidak boleh masuk kedalam kalimah ILLALLAH.
Selanjutnya kita harus tahu keadaan harus memberi petunjuk yang terang tentang apa yang dianggap ada, seperti suatu petunjuk terhadap yang ditunjuk.
Jadi rumus ILLALLAH adalah yang dianggap sebagai ADA. Maka mutlaklah nama keadaan yang maha mulia dari Tuhan Allah Azza wa Jalla, hanya untuk dialah rumus ILALLAH itu tepat. Jadi kesimpulannya adalah: SERBA ESA, SERBA SATU, DAN HITUNGAN SEGALA JIWA-PUN ADALAH SATU (DALAM RAHASIA TUHAN).
Disini tidak ada lagi dua faham dalam ujud, tidak ada lagi dua kata dalam perbuatan, tidak ada lagi dua unsur dalam asma dan tidak ada lagi dua jenis kehidupan. Dan tidak ada lagi dua rumus dalam Zat dan Sifat segalanya: QADIRUN BI ZATIHI, MURIDUN BI ZATIHI, ALIMUN BIZATIHI, HAYUN BIZATIHI, SAMIUN BIZATIHI, BASYIRUN BIZATIHI, DAN MUTTAKALIMUN BIZATIHI.
Jadi siapa sudah faham, merekalah yang beroleh ilham.
Sumber:
https://www.academia.edu/8744844/ISI_KITAB_BARENCONG_full_114_halaman_
Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:
Visit Sufipedia
Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:
Visit Donasi Paseban Jati
Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Kitab Barencong - Maqam Fana (5). Jika menurut Anda Kitab Barencong - Maqam Fana (5) bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.
Post a Comment Blogger Disqus