1. Raden Patah bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar I (1478-1513)
Pendiri Kerajaan Demak ialah Raden Patah. Raden Patah adalah putra raja Majapahit yang terakhir yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi, ibu Raden Patah adalah seorang putri Cina dari kraton kerajaan Majapahit. Pada suatu ketika Raden Patah diperintah oleh gurunya yaitu Sunan Ampel dari Surabaya agar merantau kearah barat dan bermukim di suatu tempat yang terlindung oleh gelagah wangi sehingga disebut Desa Glagah Wangi. Disitu, Raden Patah mendirikan sebuah kerajaan islam dengan nama Kerajaan Demak Bintoro dan ia bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar. Sejak itu pula secara terang-terangan Raden Patah memutuskan segala ikatannya dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi. Raden Patah berputera enam orang. Anak pertama seorang putri bernama Ratu Mas yang diperistri oleh Pangeran Cirebon. Adik-adiknya berjumlah lima orang yang semua adalah laki-laki. Masing-masing adalah Pangeran Sabrang Lor atau Adipati Unus, Pangeran Sekar Seda Lapen, Pangeran Trenggana, Raden Kanduwuran, dan Raden Pamekasan, beberapa putera dan puteri Raden Patah tersebut ternyata lahir dari tiga ibu, Adipati Unus dan Pangeran Trenggana lahir dari puteri Sunan Ampel. Sementara itu Pangeran Sekar lahir dari puteri Adipati Jipang. Keturunan lainnya lahir dari puteri Ratu Mas Nyawa.
Pada waktu Demak dibawah pemerintahan Raden Patah daerah pantai utara Jawa Barat terutama Cirebon telah berada dibawah kekuasaannya. Raden Patah memerintah dari tahun 1478-1513. Dalam masa pemeintahannya, ia sangat pandai menarik penghuni baru dan memperluas wilayahnya.
Pada tahun 1518 M, raden Patah wafat dan digantikan oleh puteranya yaitu Adipati Unus atau lebih dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor.
2. Adipati Unus bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar II (1518-1521)
Kanjeng Adipati Unus menggantikan Raden Patah dan menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar II. Dalam masa pemerintahan Adipati Unus yang paling menorehkan sebuah cerita adalah tentang keberaniannya dalam melawan Portugis yang dikenal pada saat itu sebagai bangsa yang paling berani. Meskipun serangan atas Malaka mengalami kegagalan, Adipati Unus tetap merasa bangga terhadap serangannya tersebut. Adipati Unus kemudian meletakkan kapal perangnya dipantai Jepara, dengan maksud agar pada waktu orang-orang datang, ia dapat menunjukkan kebanggaannya terhadap kapalnya itu. Dari kejadian ini Adipati Unus beranggapan bahwa dirinya telah banyak memperoleh kemulian.
Adipati Unus meninggal pada usia yang masih sangat muda dan belum mempunyai keturunan. Karena tidak berputera, wafatnya Adipati Unus menimbulkan kesulitan dalam pembagian kekuasaan sehingga terjadi perebutan tahta. Ada dua orang calon pengganti yang berhak menduduki tahta Kasultanan Demak, yaitu Pangeran Sekar dan Pangeran Trenggana.
Dari sinilah mulai timbul perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan. Pangeran Sekar dari segi usia lebih tua dan merasa lebih berhak atas tahta Kesultanan Demak dari pada Pangeran Trenggana. Namun Pangeran Sekar lahir dari istri ketiga Raden Patah, yaitu putri Adipati Jipang. Adapun Pangeran Trenggana meskipun lebih muda namun lahir dari istri pertama Raden Patah, putri Sunan Ampel. Oleh karena itu Pangeran Trenggana merasa lebih berhak menduduki tahta Kesultanan Demak (Djuliati Suroyo,dkk 1995;29). Sehingga pada akhirnya Pangeran Prawata, putra Pangeran Trenggana, membunuh Pangeran Sekar agar ayahnya dapat dinobatkan menjadi raja, sehingga kelak ia dapat menggantikan menjadi raja Demak.
3. Sultan Trenggana bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar III (1521-1546)
Setelah Pangeran Prawata putera kedua Sultan Trenggana berhasil membunuh Pangeran Sekar, Sultan Trenggana naik tahta dan menjadi Raja ke III Kerajaan Demak. Sultan Trenggana mempunyai enam orang anak.
- Retna Kenya yang menikah dengan Pangeran Langgar seorang putera Ki Ageng Sampang dari Madura
- Pangeran Prawata
- Seorang puteri yang menikah dengan Pangeran Kalinyamat, ia adalah Retna Kencana atau lebih dikenal dengan Ratu Kalinyamat
- Seorang putri yang menikah dengan Pangeran Hasanudin dari Cirebon
- Seorang puteri yang menikah dengan Jaka Tingkir
- Pangeran Timur (Sudibjo Z.H, 1980;62)
Ketika Sultan Trenggana memerintah, mulailah ia memperluas kekuasaannya dengan bantuan Fatahillah seorang guru agama yang terkenal, Fatahillah lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunung Jati. Dapat dikatakan bahwa pada pertengahan abad 16 Demak telah menguasai seluruh Jawa. Beberapa daerah yang berhasil ditaklukkan oleh Sultan Trenggana pada masa pemerintahannya adalah Banten, Sunda Kelapa yang kemudian berganti nama menjadi Jayakarta, Cirebon, dan Daerah-daerah di Jawa Timur seperti : Tuban (1527), Wirasari (1528), Gegelang atau Madiun (1529), Medang Kamulan atau Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruhan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba, Gunung Penanggungan (1543), Sengguruh atau Malang (1545), Blambangan dan Panarukan (1546). (Sartono Kartodirdjo, 1987;31-32)
Pada tahun 1546 Sultan Trenggana gugur dalam pertempuran ketika menyerbu Panarukan. Setelah Sultan Trenggana wafat, ia digantikan oleh Pangeran Prawata.
4. Sultan Prawata (1546-1561)
Tujuan awal Sultan Prawata akhirnya menjadi kenyataan, setelah ia berhasil membunuh Pangeran Sekar Seda Lapen dan ayahandanya Sultan Trenggana wafat. Maka, pewaris Keraton Demak yang lain adalah Sunan Prawata. Pada masa pemerintahan Sultan Prawata ini diwarnai oleh suasana balas dendam. Kisah-kisah dalam babad dan kisah Jawa Tengah memuat kisah romantis mengenai pembunuhan Sultan Prawata. Konon, ia bersama istrinya di bunuh atas perintah Arya Penangsang sebagai balas dendam atas kematian ayah Arya Penangsang yang sebelumnya juga dibunuh atas perintah Sunan Prawata.
Suatu hari Arya Penangsang memanggil bawahannya yang bernama Rangkud dan diperintahkan ke Prawata untuk membunuh Sunan Prawata, setibanya disana Rangkud menjumpai Sunan Prawata yang sedang sakit dan bersandar pada istinya.
Kemudian tanpa berfikir panjang Rangkud segera menancapkan kerisnya dengan sekuat tenaga kedada Sunan Prawata dan ternyata keris itu menembus sampai punggung dan melukai dada permaisuri. Ketika mengetahui permaisurinya luka, Sunan Prawata marah dan segera menarik kerisnya yang bernama Kyai Belok dan dilemparkannya kepada Rangkud.
Rangkud terluka terkena keris mata itu, jatuh lalu tewas seketika. Sunan Prawata dan permaisurinya pun kemudian tewas. Pemerintahan pendek Sunan Prawata di Demak Bintoro merupakan antiklimaks terhadap masa kejayaan raja yang terdahulu.
5. Arya Penangsang
Pembunuhan Pangeran Sekar oleh Sunan Prawata, menjadi pangkal persengketaan di Kerajaan Demak. Arya Penangsang putera Pangeran Sekar Seda Lapen berusaha menuntut balas atas kematian ayahnya. Arya Penangsang beranggapan bahwa ia juga berhak atas tahta kerajaan Demak, sehingga ia berusaha untuk menumpas keturunan Sultan Trenggana. Apalagi ia mendapat dukungan secara penuh dari gurunya, Sunan Kudus. Arya Penangsang dituduh telah banyak melakukan kejahatan dan pembunuhan terhadap keturunan Sultan Trenggana. Selain membunuh Sunan Prawata dan isterinya, ia juga membunuh Pangeran Hadiri suami Ratu Kalinyamat.
Pembunuhan Pangeran Hadiri berhasil dijalankan, peristiwa pembunuhan tersebut terjadi ketika Pangeran Hadiri mengantarkan isterinya, Ratu Kalinyamat untuk menuntut keadilan kepada Sunan Kudus atas pembunuhan Sunan Prawata oleh Arya Penangsang.
Setelah Sunan Prawata dan Pangeran Hadiri meninggal, terbuka kesempatan bagi Arya Penagsang untuk menduduki tahta kerajaan Demak.
Setelah Sunan Prawata dan Pangeran Hadiri meninggal, terbuka kesempatan bagi Arya Penagsang untuk menduduki tahta kerajaan Demak.
Kemungkinan menjadi raja Demak menjadi semakin kuat. Tetapi saat itu Sunan Kudus berkata “Kakakmu Prawata dan Hadiri telah mati. Namun hatiku belum merasa lega jika engkau belum menjadi raja yang menguasai seluruh tanah Jawa. Sunan Pajang masih ada, aku kira engkau tidak dapat menjadi raja, karena dialah yang menyulitkanmu. Sehingga Arya Penangsang mencoba membunuh Adipati Pajang Hadiwijaya. Segala cara sudah dilakukan oleh Arya Penangsang untuk membunuh Hadiwijaya tetapi selalu gagal dan justru Arya Penangsanglah yang tewas ditangan Adipati Pajang Hadiwijaya. Semula Pangeran Hadiwijaya tidak begitu menghendaki tahta kerajaan Demak, karena ia hanyalah menantu dari putri yang terkecil, namun karena melihat ulah Arya Penangsang yang membabibuta serta menyaksikkan betapa penderitaan dan kesedihan Ratu Kalinyamat, kakak iparnya, maka ia kemudian menyusun strategi untuk menghadapi Arya Penangsang. Sehingga akhirnya Arya Penangsang tewas di tangan Adipati Pajang Hadiwijaya.
Peran Ratu Kalinyamat Di Kerajaan Demak Pada Abad XVI
1. Legenda Tentang Ratu Kalinyamat
Kisah mengenai diri Ratu Kaliyamat memang sangat dikenal terutama di kalangan masyarakat Jawa Tengah. Riwayat hidupnya selalu diliputi oleh cerita kepahlawanan yang legendaris. Ia adalah putri Sultan Trenggana adik Pangeran Prawata. Tetapi pada sumber lain yaitu Babad Demak menuliskan bahwa Ratu Kalinyamat adalah anak tertua dari keempat anak Sultan Trenggana, didalam Babad Demak menguraikan bahwa putri pertama adalah Ratu Kalinyamat, kedua adalah Pangeran Prawata, ketiga adalah seorang putri yang menikah dengan Pemanahan, dan yang paling bungsu dianugrahkan kepada Jaka Tingkir.
Dalam berbagai naskah tradisi disebutkan bahwa sebelum bersuami, konon Ratu Kalinyamat telah menduduki jabatan sebagai kepala daerah, yang wilayahnya meliputi Jepara, Pati, Rembang dan Blora. Pusat pemerintahannya berada di Kriyan, Jepara. Sebagai seorang yang memiliki kekuasaan tetapi belum bersuami, maka Ratu kalinyamat menginginkan seorang suami yang perkasa dan memiliki pengetahuan luas dalam bidang agama islam.
Diceritakan bahwa untuk memilih calon suaminya, Ratu Kalinyamat telah mengadakan sayembara. Akhirnya sayembara tersebut dimenangkan oleh Kyai Wintang yang juga disebut Pangeran Hadiri atau Pangeran Kalinyamat, Pangeran Hadiri berasal dari Aceh. Nama aslinya adalah Raden Toyib. Setelah datang ketanah Jawa dan menjadi suami Ratu Kalinyamat diberi nama baru yaitu Pangeran Hadiri yang berarti seorang Pangeran yang hadir atau datang dari tempat lain.
Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa Pangeran Hadiri adalah anak dari Pangeran Cirebon. Nama aslinya adalah Raden Mukmin. Ia sangat senang berkelana untuk mengetahui adat istiadat negeri-negeri lain. Ketika Raden Mukmin tiba dinegeri Demak, ia ingin mengabdi kepada kanjeng Sultan Demak. Permohonanya diterima. Selanjutnya ia dijadikan menantu Kanjeng Sultan, dan diangkat menjadi raja di Kalinyamat. Keterangan tersebut diperoleh dari penuturan orang-orang tua didaerah Pecangakan (J.Knebel, 1911;164-165)
Setelah menjadi suami istri, Ratu Kalinyamat dan Pangeran Hadiri bertempat tinggal di Istana Kriyan, sebelah timur Purwaganda, Kecamatan Pecangakan, Jepara.
2. Peranan Ratu Kalinyamat Dalam Perebutan Tahta Di Kerajaan Demak
Perebutan tahta kerajaan Demak terjadi sejak tewasnya Adipati Unus. Setelah Adipati Unus tewas, terjadilah perebutan tahta di kalangan kerabat kerajaan. Perang saudara untuk merebutkan kekuasaan biasa terjadi di sebuah pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Menurut adat Jawa, seorang raja yang meninggal akan digantikan oleh putera mahkota, yakni putera yang lahir dari permaisuri. Akan tetapi hal itu berbeda dengan peristiwa pergantian kekuasaan dikerajaan Demak. Adipati Unus meninggal pada usia yang masih sangat muda dan belum mempunyai keturunan sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan penggantinya, berawal dari situlah Sultan Prawata mempunyai rencana untuk membunuh Pangeran Sekar Seda Lapen yang tidak lain adalah pamannya sendiri, hal itu dilakukan agar Sultan Trenggana ayahnya dapat menjadi raja di Demak dan kelak ia akan menggantikan ayahnya. Tujuan ini akhirnya memang menjadi kenyataan.
Sepeninggal ayahnya yang dibunuh oleh Sultan Prawata, Arya Penangsang berniat akan membalas dendam akan kematian ayahnya, niat tersebut mendapatkan dukungan dari Sunan Kudus. Pada waktu itu Kerajaan Demak, tampaknya belum memiliki system pewarisan tahta yang pasti. Oleh karena itu, Arya penangsang merasa berhak atas tahta Demak.
Akhirnya Sunan Prawata dan permaisurinya dapat dibunuh oleh Arya Penangsang. Peristiwa pembunuhan ini terjadi pada tahun 1549 (Gina,ed,1981:28).
Terbunuhnya Sunan Prawata semakin memperkuat keinginan Arya Penangsang untuk menjadi raja dengan cara merebut kekuasaan di Demak. Untuk mencapai tujuannya, ia berusaha untuk menyingkirkan pesaing-pesaingnya dengan cara menghancurkan seluruh kerabat Sultan Trenggana, terutama kerabat terdekatnya. Sasaran pembunuhan berikut adalah Pangeran Hadiri, menantu Sultan Trenggana. Bagi Arya Penangsang, tokoh tersebut mempunyai arti penting karena Pangeran Hadiri mempunyai peluang cukup kuat untuk menduduki tahta kerajaan, sehingga dia harus disingkirkan. Peristiwa pembunuhan Pangeran Hadiri terjadi ketika Pangeran Hadiri mengantarkan isterinya, Ratu Kalinyamat untuk minta keadilan kepada Sunan Kudus atas kematian saudaranya Sultan Prawata. Dalam perjalanan pulang dari Kudus, mereka dihadang oleh Arya penangsang yang membawa 40 orang abdi. Arya penangsang dan pengikutnya menyerang dengan serempak. Prajurit Kalinyamat bercerai-berai. Pangeran Hadiri meninggal karena dibunuh oleh Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat merasa sakit hati dan dendam. Dalam perang perebutan kekuasaan, Arya Penangsang tidak menduga, bahwa sesungguhnya Ratu Kalinyamat bukan orang yang lemah. Sejak suaminya meninggal, Ratu Kalinyamat tidak mau menyerah pada nasib. Ia terus memohon keadilan, kepada Tuhan dengan cara bertapa. Ratu Kalinyamat bertapa di Gunung Danaraja sambil telanjang, tubuhnya hanya ditutup dengan rambutnya. Ia bersumpah tidak akan berkain, kalau Arya Penangsang belum mati.
Hal ini dilukiskan dalam kisah Babad Demak, sebagai berikut:
Ratu Kalinyamat
Meninggalkan rumah untuk bertapa diatas bukit
Bertapa telanjang berkain rambut
Di atas bukit Darajana
Dia bersumpah tidak akan berkain
Apabila belum mendapat keadilan Tuhan
Atas meninggalnya saudara dan suaminya
Untuk mengatasi konflik diantara kerabat Kerajaan Demak. Ratu Kalinyamat telah menggunakan wewenang politiknya selaku pewaris penguasa Kalinyamat. Hal ini dapat diketahui dari janjinya bahwa ia akan menyerahkan seluruh harta dan kekuasaanya kepada orang yang dapat membunuh Arya Penangsang. Tindakan Ratu Kalinyamat ini sangat menentukan perkembangan sejarah Demak dan Kalinyamat pada waktu-waktu selanjutnya. Hadiwijaya, Sultan Pajang adalah orang yang dapat membantu Ratu Kalinyamat untuk mengalahkan Arya Penangsang. Dalam serat Babad Demak menyatakan bahwa Ratu Kalinyamat sebagai pewaris kekuasaan di Kalinyamat dan Prawata, adalah seorang wanita yang berani mengambil keputusan penting dan beresiko besar. Kekerasan hati Ratu Kalinyamat itulah yang telah berhasil menumpas kejahatan Arya Penangsang. Terbunuhnya Arya Penangsang membawa dampak bagi citra Sunan Kudus. Kegagalannya dalam mendukung Arya Penangsang membuat citranya sebagai wali yang sangat disegani masyarakat menjadi hancur dan merosotlah pamor kharismatiknya. Sementara itu bagi Ratu Kalinyamat, terbunuhnya Arya Penangsang merupakan kepuasan yang sekaligus menentramkan hatinya. Dengan demikian Ratu Kalinyamat telah mampu mencegah makar yang akan terjadi dan pertikaian yang berkepanjangan. Ia merupakan seorang wanita perkasa, yang mampu menjalankan kekuasaan tertinggi di Jepara, setelah ia menjadi janda. Ia kemudian muncul sebagai wanita penting dalam mengatasi kemelut di Kasultanan Demak.
Sumber:
Gambar : nassirunpurwokartun.wordpress.com
Posting khusus Syariat, Tariqat, Hakikat, Makrifat, silahkan kunjungi:
Visit Sufipedia
Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Paseban Jati dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:
Visit Donasi Paseban Jati
Anda sedang membaca artikel Yang Berjudul Babad Demak - Suksesi Kepemimpinan Kerajaan Demak. Jika menurut Anda Babad Demak - Suksesi Kepemimpinan Kerajaan Demak bermanfaat mohon bantu sebarkan. Untuk menyambung tali silaturahmi silahkan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan Paseban Jati. Jika ingin bergabung menjadi anggota Paseban Jati, silahkan klik DAFTAR. Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.
Post a Comment Blogger Disqus